Kesedihan
Seorang Ibu
Dizaman dulu adan
seorang yang dikenal oleh masyarakat sekelilingnya bahwa ia adalah seorang yang
baik. Pada suatu
waktu ia ingin sekali pergi ke Mekkah Al-Mukarramah, namun orang tuanya
tidak mengizinkannya pergi karena sayangnya kepada anaknya tersebut. Anak
itu, karena keinginannya yang sangat,
maka pergilah ia dan tidak memperdulikan lagi larangan orang
tuanya. Ketika
ia berangkat, ibunya mengikuti dari belakang sambil
menjerit-jerit,
memanggil-manggilnya dan melarangnya jangan pergi, namun
anaknya itu
tetap bertekad berusaha meneruskan perjalanannya. Melihat keadaan yang
demikian,
ibunyapun berdo’a dan bermunajat kepada Allah; “Wahai Tuhanku,
sungguh aku
merasa sedih karena perginya anak itu, saya telah melarangnya namun
ia tetap pergi,
wahai tuhanku, sungguh kepergiannya menyedihkan saya ;wahai
tuhanku,
timpahkan atas dirinya suatu bencana”.
Dengan penuh rasa pedih dan sedih ibunya pulang kembali kerumahnya, sedang anaknya tersebut terus
Dengan penuh rasa pedih dan sedih ibunya pulang kembali kerumahnya, sedang anaknya tersebut terus
berjalan dan
sampailah ia pada suatu desa, dimana ia tidak mempunyai kenalan
seorangpun di
sana; oleh karenanya ia masuk di suatu masjid untuk istirahat dan ibadah.
Pada malam itu
juga terjadi suatu
pencurian di suatu rumah, tapi pencuri itu dapat dihalau dan
dikejar oleh
orang-orang yang ada disitu. Pencuri itu lari dan masuk ke masjid
dimana orang
yang akan pergi haji tadi sedang shalat. Ketika orang-orang
mengejar pencuri
tersebut sampai masjid, terlihat oleh mereka seorang tengah
melakukan
shalat, sedang pencuri yang dikejar telah menghilang. Diantara orang-orang
yang mengejar
itu mengatakan: “Ini dia pencuri yang kita kejar itu, Dia
berpura-pura
shalat!” Merekapun menangkapnya, dan
menahan segala barang-barang yang ada padanya. Ia dibawa ke tempat yang
berwajib. Yang berwajib memutuskan suatu hukuman yaitu dipotong
kedua tangannya,
dan kedua kakinya serta dicukil kedua matanya. Hukuman itu
dilaksanakan
oleh petugas. Maka terpotonglah kedua tangannya, kedua kakinya dan
melayanglah
kedua biji matanya. Kemudian ia digiring keliling pasar serta
diperintahkan
untuk meneriakkan: “Beginilah ganjaran pencuri!”, tapi ia
enggan
meneriakkan demikian itu sambil berkata: “Saya tidak akan teriakkan
itu, tapi saya
akan teriakkan, “beginilah pembalasan dan ganjaran orang yang ingin
berthawaf di
ka’bah/ berhaji di Makkah tanpa seizin orang tuanya”.
Dengan demikian petugas-petugas itupun barulah mengetahui bahwa
orang itu bukan pencuri yang dikejar-kejar, tapi dia adalah
seorang yang
mendapat musibah dan bencana dari Allah akibat pelanggaran dan
kedurhakaannya
terhadap orang tuanya. Merekapun
mengembalikannya
kepada orang tuanya. Ibunya yang sedang berada di tempat
peribadatannya
tiba-tiba mendengar suara anaknya yang sudah tidak dikenalnya
itu berkata,
“Wahai ibu!, saya musafir yang lapar, berilah saya sekedar
makanan”. Ibunya
menjawab.”Masuklah dulu engkau ke pintu “.
Jawabnya, “Saya
tak dapat masuk karena saya tak berkaki lagi…”. Kata
ibunya, “Kalau
begitu ulurkan tanganmu!”. Jawabnya, “Saya tak
bertangan
lagi……”. Kata ibunya, “Saya akan menyuapimu, tapi bagaimana,
tidak boleh
seorang wanita berhadapan dengan seorang lelaki yang bukan mahramnya”.
Jawabnya,
“Jangan kuatir! Karena saya tidak bermata lagi……”. Ibunya yang sudah
tidak
mengenalnya itu mengambil sepotong roti dan segelas air, lalu
memberikannya.
Tiba-tiba anak itu meletakkan wajahnya di telapak kaki ibunya,
sambil ia
berkata,”Sayalah anakmu……yang durhaka kepadamu”. Barulah
ibunya sadar,
bahwa orang itu adalah anaknya sendiri. Melihat anaknya
sedemikian itu
menangislah ia dengan terseduh-seduh seraya meminta dan memohon
kepada Allah,
“Wahai Tuhanku!. Matikanlah aku bersama anakku ini”. Do’a ibu itu diterima
dan dikabulkan
oleh Allah, dan seketika itu juga matilah duanya. Dari hikayat ini kita
dapat mengambil
suatu kesimpulan bahwa musibah dan bencana yang tertimpa atas
diri orang
tersebut adalah semuanya karena pelanggaran dan kedurhakaannya
terhadap orang
tuanya. Dan kalau ini hanyalah
karena
kedurhakaan sekali, maka bagaimana kalau kedurhakaan itu berulang-ulang
kali? Semoga
Allah SWT menjadikan kita
semua dari pada orang-orang yang taqwa kepada-Nya dan taat
kepada ayah
bundanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
JANGAN LUPA DI KOMENTARI YAH.....